“Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada
hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan
kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun
keturunanmu, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan
berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk
tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek
moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya
kepada mereka." (Ulangan 30:19-20)
Apakah arti hidup?
Bagaimana saya dapat menemukan tujuan, pemenuhan dan kepuasan dalam
hidup? Apakah saya memiliki potensi untuk mencapai sesuatu yang memiliki
makna yang kekal? Banyak orang tidak pernah berhenti mempertanyakan
apakah arti hidup itu. Mereka memandang ke belakang dan tidak mengerti
mengapa mereka merasa begitu kosong walaupun mereka telah berhasil
mencapai apa yang mereka cita-citakan.
Salah satu pemain baseball
yang namanya dicatat dalam Baseball Hall of Fame ditanya hal apa yang
dia harapkan diberitahukan kepadanya ketika dia baru mulai bermain
baseball. Dia menjawab, “Saya berharap orang akan memberitahu saya bahwa
ketika kamu sampai di puncak, di sana tidak ada apa-apa.” Banyak
cita-cita yang berhasil dicapai dengan kerja keras ternyata tidak mampu
memberikan kepuasan setelah dikejar dengan sia-sia bertahun-tahun
lamanya.
Kita hidup dalam masyarakat yang humanistik dimana orang
mengejar banyak cita-cita, menganggap bahwa di dalamnya mereka akan
mendapatkan makna. Beberapa cita-cita ini termasuk: kesuksesan bisnis,
kekayaan, relasi yang baik, seks, hiburan, berbuat baik kepada orang
lain, dll. Namun banyak orang yang memberi kesaksian bahwa saat mereka
berhasil mencapai cita-cita mereka untuk mendapat kekayaan, relasi dan
kesenangan, di dalam diri mereka ada kekosongan yang dalam; perasaan
kosong yang tidak dapat dipenuhi oleh apapun. Saya pernah mengenal
seseorang yang bila dilihat dari luar kelihatannya hidupnya terbilang
sukses. Dia memiliki isteri dan anak-anak yang manis, pekerjaan yang
mapan, jabatan pelayanan yang dihormati di gereja serta memiliki gelar
master yang diperoleh di luar negeri. Akan tetapi herannya dia tetap
merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Sejujurnya bila saya tidak
mengenalnya secara pribadi, saya sulit untuk percaya bahwa dia tidak
merasa puas dengan semua yang telah dia miliki.
Ketika Tuhan Allah
menciptakan manusia, Dia menciptakannya menurut gambar-Nya. Tuhan
menciptakan manusia segambar dengan-Nya karena Dia menginginkan
persekutuan dan berbagi kasih dengan mereka. Akan tetapi, sejak manusia
jatuh ke dalam dosa, mereka kehilangan persekutuan tersebut. Padahal
manusia diciptakan untuk bersekutu dengan Allah sehingga mereka akan
tidak lagi dapat merasa utuh bila persekutuan tersebut tidak dipulihkan.
Sumber dari segala penderitaan manusia adalah keterpisahan dengan
Allah, sang pencipta-Nya.
Hubungan dengan Allah itu dimungkinkan
untuk dipulihkan hanya melalui Anak-Nya, Yesus Kristus. Hidup kekal
diperoleh ketika seseorang menyesali dosa-dosanya (tidak mau lagi hidup
dalam dosa namun ingin Kristus mengubah mereka dan menjadikan mereka
pribadi-pribadi yang baru) dan mulai bergantung pada Yesus Kristus
sebagai Juruselamat. Namun makna hidup yang sebenarnya ditemukan ketika
orang mulai berjalan mengikuti Kristus sebagai murid-Nya, belajar dari
Dia, menggunakan waktu bersama dengan Dia dalam Firman-Nya, bersekutu
dengan Dia dalam doa, dan berjalan dengan-Nya dalam ketaatan kepada
perintah-perintah-Nya.
Yesus berkata, "Setiap orang yang mau
mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut
Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan
memperolehnya.” Tuhan tidak pernah memaksa seseorang untuk mengikuti dan
menjadi murid-Nya. Kita bisa memilih untuk mau membayar harga untuk
menjadi murid-Nya atau menolak panggilan-Nya tersebut. Kita bisa terus
berusaha mengarahkan hidup kita sendiri (dan sebagai hasilnya hidup
dalam kehidupan yang kosong) atau kita bisa memilih untuk mengikuti
Tuhan dan rencana-Nya bagi hidup kita, mengikuti-Nya dengan sepenuh hati
(hasilnya, hidup yang penuh arti dan mendapatkan kepuasan). Bapa kita
di surga sangat mengasihi kita dan menghendaki yang terbaik bagi kita.
Kehendak-Nya memang bukan selalu yang paling mudah, tapi pada akhirnya
itu yang paling memberi kepuasan.
Ada harga mahal yang harus
dibayar untuk dapat memperoleh kehidupan yang penuh makna (penuh
sukacita dan berkelimpahan) seperti yang telah dijanjikan oleh Kristus.
Mereka yang telah membayar harga (penyerahan penuh kepada Kristus dan
kehendak-Nya) dapat menikmati hidup secara penuh; dan mereka bisa
memandang diri sendiri, teman-teman mereka, dan Pencipta mereka tanpa
ada penyesalan. Sudahkah Anda membayar harga? Apakah Anda bersedia? Jika
Anda bersedia, Anda tidak akan pernah kehilangan makna atau tujuan
hidup lagi. Semoga Tuhan memakai tulisan ini untuk mengubah hidup Anda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar